Puisi_Agust Dapa Loka
Kita bilang, anak-anak itu adalah tulang punggung bangsa ini
Tapi wajah mereka tak bercahaya
Letih mencari jejak Ibu yang mengadu nasib ke negeri asing
Sedang ayah tekun menelusuri pekat malam
Berharap rezeki turun bagai hujan di atas jenaka meja perjudian
Kita bikang anak-anak itu adalah masa depan Ibu Pertiwi
Tapi sukuh mereka padam oleh badai teknologi
Tersungkur memeluk gelisahnya, menunda berkisah tentang matahari
Takut mengusik ayah-ibu yang asiik dengan layar usap handphone
Kita bilang anak-anak adalah citra bangsa
Tapi pikiran mereka abu-abu
Menyaksikan kisah tragis pembunuhan, perampokan,perjudian
Yang menjalar ganas melahirkan dendam
Lalu tegak angkuh karena nyaris tak terkalahkan
Barisan pendidik berteriak dalam sisa suara parau
Mengurai kebenaran di tengah debu kapur tulis bertebaran
Tapi yang hampir kehilangan makna dan sia-sia
Ditampik oleh kenyataan di luar sana
Tempat para murid mereka belajar menolak kebenaran
Masihkah ada ruang tempat kita meninjau jarak?
Matahari belum berhenti bertukar walau sudah tersendat kabut
Angin belum berhenti bertiup walau sudah berbaur debu
Hujan belum berhenti merintik walau hutan telah terbantai telanjang
Kita mesti bangkit
Berlari dan berburu
Menangkap berkas cahaya mentari,
Mengukir bianglala di semesta langit
Yang tak tega mengatupkan mulutnya
Sumber_Buku Karya Emanuel Dapa Loka: Takdir Manusia Bekerja Bukan Korupsi